Eyang Suro

Eyang Suro
Muhamad Masdan lahir pada 1869 di daerah Gresik (Jawa Timur). Kelak kemudian putra tertua Ki Ngabehi Soeromihardjo ini dikenal dengan dengan nama Ki Ageng Hadji Ngabehi Soerodiwirdjo (Eyang Suro).

Kamis, 05 Juli 2012

SUMBER ILMU KEBHATINAN DAN ILMU PENCAK SILAT

posted : 19/Apr/2012 12:33
SUMBER ILMU KEBHATINAN DAN ILMU PENCAK SILAT
YANG DIHIMPUN OLEH KI NGABEHI SOERODIWIRYO

Sumber Ilmu Kebhatinan bdan Ilmu Pencak Silat dari Persaudaraan Setya Hati yang diajarkan oleh Ki Ngabehi Soerodiwiryo adalah ‘SARI-SARI’ ajaran yang beliau dapatkan dari berguru pada para pendekar pada jamannya , dan digunakan sebagai dasar pemberian pelajaran kepada keluarga besar Persaudaraan Setya Hati sampai sekarang .

SUMBER ILMU KEBHATINAN

PERTAMA : Didapat dari GUSTI KENANGA MANGGA TENGAH asal dari Bali yang bernama asli NYOMAN IDE GEMPOL yang bertempat tinggal di Oleleh (Aceh) , seorang Ponggawa Besar yang diselong ( diasingkan ) dibuang oleh Pemerintah Kolonial Belanda ke Aceh . Dari beliau didapat wejangan ilmu kebhatinan yang oleh Ki Ngabehi Soerodiwiryo dipergunakan sebagai syarat-syarat penerimaan saudara-saudara SH baru yang berujud : Air Kecer , Mori Putih , Lambang-lambang , Uang Ketengan (yang mempunyai nilai terendah) , Letak Kekuatan Tubuh Manusia Tiap Hari ( makna sircle ) , pemberian wejangan ini disebut WEJANGAN TINGKAT PERTAMA ( Trap Pertama ) .

KEDUA : Didapat dari DATUK RADJO BATUAH , yang merupakan ajaran / wejangan Ilmu Kebhatinan dari Sumatra Barat yang berujud 2 (dua) kalimat rafal yang bermaksud ‘menyadarkan diri manusia’ dengan segenap akal budi nya secara totalitas kepada Allah beserta Rosulnya , agar diri atau tubuh terhindar dari segala mara bahaya .
2 ( dua ) kalimat rafal dari Datuk Radjo Batuah ini diajarkan kepada saudara-saudara SH sebagai WEJANGAN TINGKAT KEDUA ( Trap Kedua ) .

Wejangan Tingkat Kedua mengandung 3 (tiga) kalimat rafal , adapun rafal ke tiga didapat dari K.A.A.Serang Soeronegoro ( Bupati Kediri yang meninggal Th.1916 M ) . Dari Bupati Kediri ini selain mendapat rafal ketiga , kepada Ki Ngabehi Soerodiwiryo juga diberikan ‘Coretan Gaib’ dimana sebelum membuat coretan gaib ini , seseorang harus menebus dengan laku puasa membisu .

Apabila para saudara ingin menyaksikan dipersilahkan datang dipendopo Kabupaten Kediri dan mengamat-amati ukir-ukiran pada ompak (alas) empat sokoguru (tiang) pendopo kabupaten tersebut .
Coretan Gaib ini tidak termasuk ‘wejangan tingkat kedua’ , tetapi diberikan beliau kepada para saudara SH yang selalu dekat dengan beliau dengan tambahan syarat harus sanggup mencari cara menulis dan membuatnya .

KETIGA : Didapatkan juga dari GUSTI KENANGA MANGGA TENGAH selain wejangan tingkat pertama ( trap pertama ) , diterima untuk saudara-saudara SH terpilih untuk mendapatkan WEJANGAN TINGKAT KETIGA ( Trap Ketiga ) , dimana wejangan ini merupakan ajaran tertinggi bagi saudara-saudara SH tentang ‘SANGKAN PARANING DUMADHI’ yang mengajar kepada saudara SH untuk mengenal ‘Sangkaning dumadhi’ dan pada akhirnya nanti tahu kemana ‘Paraning Dumadhi’ .

Bagi saudara-saudara SH yang telah mendapatkan wejangan lengkap tersebut diatas , sudah diberi kewenangan untuk menjadi ‘Juru Kecer’ dalam penerimaan saudara-saudara SH baru secara dulu Ki Ngabehi Soerodiwiryo almarhum melaksanakan .

SUMBER PENCAK SILAT

Salah seorang guru pencak silat yang dianggap terbaik permainannya disamping memberi wejangan-wejangan ‘Dua Kalimat Rafal’ adalah DATUK RADJO BATUAH dari Sumatra Barat .
Dimana nama ‘Datuk Radjo Batuah’ selalu diperingati pada tiap-tiap selamatan upacara penerimaan saudara SH baru , lain guru dan pendekar tidak disebutkan namanya pada selamatan ini , tetapi beberapa permainan pencak silat yang dianggap penting yang melengkapi jurus-jurus pencak setya hati selalu diperingati dengan selamatan pada upacara tersebut .
Selain memperingati permainan-permainan pencak silat yang akan dipelajari tiap saudara saudara SH pada selamatan itu harus pula ‘memperingati asal mula terjadinya sebagai manusia dan letak berdirinya dibumi ini’ .

Peringatan yang terakhir ini , tidak hanya pada waktu upacara penerimaan saudara baru saja , tetapi tiap-tiap berhajat apa saja beliau selalu mengingatkan saudara-saudara tua SH dahulu untuk supaya tidak lupa ‘Ingat akan Sangkan Paraning Dumadhi’ , sehingga pada waktu berlatih sambung diwujutkan dengan ‘Uluk Salam’.

Upacara selamatan dimaksud agar saudara SH yang mempunyai hajad itu memperingati awal mulanya hidup didunia ini , dan yang kedua ialah agar supaya mendapat restu dan berkenan menerima wejangan-wejangan ilmu kebatinan dan permainan pencak silat guna dapat mengalahkan segala bahaya .

Kejujuran Ki Ngabehi Soerodiwiryo yang selalu dibuktikan ialah , bahwa beliau selalu tidak melupakan jasa-jasa gurunya . Pada waktu-waktu memberikan pelajaran pencak silat selalu ditegaskan bahwa tegak-tegak ( stand ) atau langkah-langkah dan gerakan-gerakan tangan yang diajarkan itu didapat dari pendekar A dan B , dan permainan -permainan dari daerah C dan D dan begitu seterusnya . Demikian juga halnya dengan ilmu kebhatinan nya .

Beliau dikalangan persaudaraan SH tidak suka disebut guru melainkan minta supaya disebut ‘saudara tertua’ saja , menurut keterangan beliau bahwa dalam mencari kepandaian pencak silat yang terpenting harus ‘mempunyai kemauan keras dan sangat berani’ .

Sumber-sumber permainan pencak silat SH asalnya telah diuraikan pada riwayat hidup Ki Ng. Soerodiwiryo dimuka , dari sumber-sumber itulah beliau mengambil sari-sarinya dengan dicampur , diteliti berdasarkan pengalaman-pengalaman sambung dan latihan di berbagai tempat , cobaan-cobaan yang didapatkan dari perguruan lain atau dari perkelahian-perkelahian .

Hasil dari pengambilan sari yang dicampur dan diubah secara teliti itulah yang memungkinkan beliau berhasil menciptakan beberapa jurus pencak silat yang digunakan sebagai dasar permainan pencak silat ‘Setya Hati’ .

ASAL MULA NAMA JURUS-JURUS PENCAK SILAT SETYA HATI

1. Betawen - I 19. Sumedangan - I
2. Betawen - II 20. Sumedangan - II
3. Cimande - I 21. Lintau
4. Cimande - II 22. Cimande - VI
5. Cikalong ( Slewah ) 23. Alang Lawas - I
6. Ciampea - I ( Besutan ) 24. Alang Lawas - II
7. Ciampea - II ( Krawelan ) 25. Minangkabau - I Kucingan
8. Tanah Baru - I 26. Solok Minangkabau - II
9. Tanah Baru - II 27. Cibediyut
10. Permainan Tionghoa Monyetan 28. Cimande - VII
11. Cimande - III 29. Terlakan Monyet Tukang (Tdk di ajarkan)
12. Cimande - IV (Cmd-III + bbrp Tegak) 30. Padang Alai - I
13. Cimande - V 31. Padang Alai - II
14. Cibediyut dengan Toya 32. Fort De Kock
15. Padang Panjang - I 33. Padang Alai - III
16. Padang Panjang - II 34. Padang Alai - IV
17. Cipetir 35. Kuda Batak
18. Padang Siranti 36. Simpai Minangkabau - III ( blirik )

Oleh karena dalam penulisan ‘buku peringatan’ ini bukan untuk digunakan sebagai buku pelajaran pencak silat , maka disini tidak ditulis ataupun digambar bagaimana wujud dan cara mengerjakan jurus-jurus pencak silat SH .

Jurus ke – 29 sengaja tidak di-ajarkan kepada saudara-saudara SH karena Ki Ng. Soerodiwiryo waktu mendapatkan ‘jurus 29’ ini oleh gurunya diharuskan bersumpah lagi lebih berat , hingga beliau tidak mau dianggap tidak bertanggung jawab akan sumpahnya .
Jurus Sterlak hanya akan diberikan Almarhum kalau ada kekacauan yang sangat berat yang akan mengancam secara langsung keslamatan masyarakat dimana Saudara SH itu berada dan berdiam , dengan inti sari sumpahnya : ‘Pantang mundur dua langkah , mundur satu langkah masih diperbolehkan , tetapi kalau mundur dua langkah akan mati kapir’ . Jadi dengan menerima Jurus ‘Sterlak’ ke-29 , segala sesuatu masalah atau peristiwa yang terjadi harus dibela sampai tuntas , jikalau diperlukan nyawa dijadikan taruhannya dengan harus dibela sampai mati .

Fakta sejarah didalam persaudaraan SH yang pernah diberi jurus ‘Sterlak’ oleh almarhum hanyalah adik beliau yang bernama Sdr. Noto Gunari Almarhum yang waktu itu menjadi ‘wijkhoofd’ dikota Surabaya , oleh karena pada waktu itu daerah Pak Noto amat rusuh maka diberikan ‘Sterlak’ kepadanya , dimana konskwensinya amat berat lebih berat dari ajaran 2e Trap, karena dalam segala hal tingkah laku kita , dalam tindak tanduk kita sehari-hari , kita tidak diperkenankan mengingkari kenyataan dan apapun yang sudah diniatkan harus di jalankan berdasarkan garis niat tadi . Mundur satu langkah masih di ijinkan tetapi mundur dua langkah akan mati kapiran , maju terus dan terus maju .

ULUK SALAM SEBELUM SAMBUNG

1. BERDIRI TEGAK ALIP MEMUTAR BADAN KEKANAN , BOLEH DENGAN JONGKOK BOLEH DENGAN BERDIRI , TANGAN MENEBAK TANAH (MENGUCAPKAN 3 KETENG ATAU IBU KAWA) KEMUDIAN TANGAN DIANGKAT DENGAN TELAPAK TANGAN MENENGADAH (MENGUCAPKAN 3 KETENG , ATAU BAPA ANGKASA) , DI AKHIR DUA TANGAN DITEMPELKAN KEDAHI (MENGUCAPKAN 3 KETENG , ATAU RASA SEJATI). MEMUTAR BADAN MENGHADAP KEKIRI, LAKSANAKAN IDEM SEPERTI YANG KEKANAN , UNTUK KEMUDIAN BERDIRI ALIP .

2. MAJU MELANGKAH DENGAN KAKI YANG SESUAI DENGAN SIRCEL .

3. BERJALAN MELINGKAR KEKANAN BOLEH DENGAN JALAN PASANG SAMPAI KEMBALI KETEMPAT SEMULA ( TEPUNG GELANG ) DENGAN BERDIRI ALIP .

4. HARUS BERSAMBUNG / BERMAIN PENCAK-SILAT , INGAT JANGAN MELANGGAR TENGAH-TENGAH SIRCEL . HARUS MENCARI JALAN MELINGKARI MUSUH .

5. SEHABIS SAMBUNG DIAKHIRI DENGAN BERDIRI TEGAK ( ALIP ) KEMBALI DAN ULUK SALAM DENGAN MENEMPELKAN KEDUA BELAH TANGAN DIDAHI ( JARI-JARINYA ) .

6. PERINGATAN : DIWAKTU SAMBUNG MAKA HATI HARUS BERSIH DARI NIAT YANG JELEK , JANGAN MENGANCAM , SOMBONG ATAUPUN KIBIR .

JURUS SETIA HATI

Ki Ngabei Ageng Soerodiwirdjo banyak belajar dari silek Minangkabau disamping belajar dari berbagai aliran dari silat di Tanah Sunda, Betawi, Aceh dan kawasan lain di Nusantara. Silek Minangkabau telah menjadi unsur penting dalam jurus-jurus Peguruan Setia Hati. Setidaknya hampir semua aliran silek penting di Minangkabau telah beliau pelajari selama di Sumatera Barat pada tahun 1894-1898. Beliau adalah tokoh yang menghargai sumber keilmuannya, sehingga beliau memberi nama setiap jurus yang diajarkannya dengan sumber asal gerakan itu. Beliau memiliki watak pendekar yang mulia dan menghargai guru.


 
NAMA JURUS-JURUS PENCAK SILAT SETYA HATI

1. Betawen - I 19. Sumedangan - I
2. Betawen - II 20. Sumedangan - II
3. Cimande - I 21. Lintau
4. Cimande - II 22. Cimande - VI
5. Cikalong ( Slewah ) 23. Alang Lawas - I
6. Ciampea - I ( Besutan ) 24. Alang Lawas - II
7. Ciampea - II ( Krawelan ) 25. Minangkabau - I Kucingan
8. Tanah Baru - I 26. Solok Minangkabau - II
9. Tanah Baru - II 27. Cibediyut
10. Permainan Tionghoa Monyetan 28. Cimande - VII
11. Cimande - III 29. Terlakan Monyet Tukang (Tdk di ajarkan)
12. Cimande - IV (Cmd-III + bbrp Tegak) 30. Padang Alai - I
13. Cimande - V 31. Padang Alai - II
14. Cibediyut dengan Toya 32. Fort De Kock
15. Padang Panjang - I 33. Padang Alai - III
16. Padang Panjang - II 34. Padang Alai - IV
17. Cipetir 35. Kuda Batak
18. Padang Siranti 36. Simpai Minangkabau - III ( blirik )