Eyang Suro

Eyang Suro
Muhamad Masdan lahir pada 1869 di daerah Gresik (Jawa Timur). Kelak kemudian putra tertua Ki Ngabehi Soeromihardjo ini dikenal dengan dengan nama Ki Ageng Hadji Ngabehi Soerodiwirdjo (Eyang Suro).

Senin, 16 Januari 2012

Latar Belakang Pemisahan Beberapa Murid Tertua Dari Persaudaraan Setia Hati (SH) Winongo Madiun.

Persaudaraan Setia Hati didirikan oleh Ki Ngabehi Soerodiwirjo pada th.1903 dikota Surabaya, setelah beliau pulang dari perantauannya menuntut ilmu ke Jawa Barat, Bengkulu, Sumatra Barat dan Aceh.
Semula namanya bukan Setia Hati akan tetapi ‘Sedulur Tunggal Kecer’ dengan permainan pencaknya dinamakan ‘Joyo Gendilo Cipto Mulyo’. Tentang riwayat lengkap pendiri telah kami ceriterakan pada buku peringatan yang lain.

a. Pada Th.1914 beliau mendapat surat dari saudara ‘Tunggal Kecer’ di Surabaya untuk dicarikan kerja pada Jawatan Kereta Api di Kalimas ( Mulai th.1912 beliau berada di Tegal ). Kerja setahun di Kalimas Surabaya, beliau dipindahkan kerja di Madiun yaitu di Bengkel Kereta Api Madiun.
Dikota Madiun ini Ki Ngabehi Soerodiwiryo tidak tinggal diam, beliau mengajar pencak silat dengan nama sama ‘sedulur tunggal kecer’.
b. Pada Th.1917 Saudara saudara pegawai KA dari bengkel KA dan pegawai Topografi Madiun juga minta pelajaran ‘pencak silat’ dan atas kesepakatan bersama seluruh kadang STK beliau mengganti nama persaudaraan menjadi Persaudaraan Setia Hati.
Setelah perubahan nama ini Persaudaan dikenal dengan nama SH Winongo disebabkan Ki Ngabehi Soerodiwirjo bertempat tinggal didesa Winongo Madiun.

Persaudaraan Setia Hati ( SH Winongo ) memang mendapatkan hati di masyarakat waktu itu, namun kurang dapat berkembang. 
Ini semua disebabkan karena persaudaraan bersifat ‘paguyuban’ yang terlihat di SH Winongo, jadi bukan merupakan ‘organisasi persaudaraan’. Juga didalam Persaudaraan SH Winongo dikehendaki ‘Sang Juru Kecer Tunggal’ yang melaksanakan tugas pengeceran para warga baru. 
Ki Ngabehi Soerodiwiryo merupakan ‘Central Figur’ dari SH Winongo, sedangkan pada saat itu telah ada beberapa siswa tertua yang telah menerima ‘Ilmu Setia Hati’ sampai dengan tataran 3e trap (tingkat-3).
Dan yang terutama lagi didalam kenyataan para saudara yang berlatih di SH Winongo waktu itu hanya terdiri dari para bangsawan dan para Pangreh Projo (pegawai pemerintah pada jamannya), sehingga rakyat jelata yang kurang mampu sukar dapat menjadi warga dari SH Winongo.

Beberapa saudara tertua dari SH Winongo yang sudah menamatkan pelajarannya dari Ki Ngabehi Soerodiwirjo, antara lain Bapak Moenandar Hardjowijoto dari Ngrambe Ngawi dan Bapak Hardjo Oetomo dari desa Pilangbango Madiun.

Beliau-beliau tersebut mempunyai pandangan yang lain tentang arti persaudaraan didalam masyarakat, dimana beliau beliau tersebut mempunyai ‘jiwa kebangsaan’ dan rasa patriotisme yang tinggi terhadap penderitaan rakyat ditengah tengah penindasan dan kesewenang wenangan penjajah Belanda saat itu.

Jiwa Patriotisme yang tinggi ini ditunjukkan Bpk.Hardjo Oetomo dengan bantuan teman temannya dari desa Pilangbango Madiun, dengan penuh rasa keberanian menghadang rangkaian kereta api yang lewat membawa tentara Belanda ataupun mengangkut perbekalan militer Belanda dari satu kota kekota lain.
Rangkaian Kereta Api itu dilempari dengan batu batu besar yang mengakibatkan kerusakan dan kepanikan dari pihak penjajah Belanda waktu itu. Kejadian tersebut berulang ulang terjadi sampai akhirnya Bapak Hardjo Oetomo tertangkap PID Belanda dan mendapatkan vonis hukuman kurungan di penjara Cipinang Jakarta selama 8 tahun.

Jiwa Patriotis yang lain juga ditunjukkan Bapak Moenandar Hardjowiyoto dari desa Ngrambe yang mana beliau merasa tidak puas terhadap cara Ki Ngabehi Soerodiwirjo menegakkan aturan persaudaraan di kalangan warga SH Winongo, dimana anggota terbanyak yang bisa masuk sebagai warga hanya dari kalangan ningrat dan pegawai pangreh projo saja.

Klimak dari rasa ketidak puasan ini diperlihatkan sewaktu Ki Ngabehi Soerodiwirjo melatih Sinyo Belanda dan sudah sampai jurus ke-20 tingkat-1. Oleh Ki Ngabehi Soerodiwirjo menyuruh Bapak Moenandar untuk menemani ‘sambung persaudaraan’ dan ternyata oleh Bpk Moenandar, Sinyo Belanda itu dihajar sampai pingsan sehingga menimbulkan kemarahan yang amat sangat dari Ki Ngabehi Soerodiwirjo.

c. Tahun 1932 Bapak Moenandar Hardjowijoto beserta beberapa saudara dari SH memohon idzin ( palilah ) dari Ouweheer Ki Ngabehi Soerodiwirjo untuk mendirikan Persaudaraan Setia Hati yang menggunakan Organisasi sebagai sarana mengatur rumah-tangga, yang pada dasarnya Ki Ngabehi Soerodiwirjo nglegani mengijinkan nya , beliau berjanji akan datang pada Pertemuan –1 Saudara Warga Setya Hati ( SH ) tanggal22 Mei 1932 di Semarang.

Beliau tidak dapat datang pada ‘musyawarah’ di Semarang pada waktu itu karena pergi ke Surabaya dan menimbulkan kekecewaan para saudara SH yang datang, akhirnya diputuskan secara aklamasi dalam musyawarah, berdirinya Pengurus Besar Setia Hati Organisasi ( SHO ) dan Bapak Moenandar Hardjowijoto sebagai ‘Ketua’ nya, dengan tidak berminat mengganggu SH Winongo dibawah kepemimpinan Ki Ngabehi Soerodiwirjo, dengan kata lain ‘berpisah tetapi satu tujuan’. 

Dan di dalam kenyataannnya Bpk. Moenandar Hardjowijoto memang sudah di- ijinkan dan di restui Ki Ngabehi Soerodiwirjo untuk berdiri sendiri menjadi Juru Kecer dan memisahkan diri dari SH Winongo.


Kamis, 12 Januari 2012

Setia Hati pecah karena PILIHAN


Pada dasarnya SH memang hanya satu. Tapi, dalam kondisi kekinian, ada empat SH yang eksis, yaitu SH Panti, SH Terate, SH Organisasi, dan SH Tunas Muda. SH Panti, Terate, dan Tunas Muda terpusat di Madiun, sementara SH Organisasi lahir dan besar di Semarang, Jawa Tengah. Mereka pecah karena pilihan sikap masing-masing. Dan hanya SH Panti yang mengaku masih menjalankan pakem ajaran asli Ki Ngabehi Surodiwiryo.

Menurut catatan sejarah Setia Hati, SH Terate didirikan oleh Hardjo Oetomo di Desa Pilangbango, Kecamatan Kartoharjo, Kota Madiun pada tahun 1922. Sampai sekarang, pusat kegiatan SH Terate ada di Jl Merak, Kelurahan Nambangan Kidul, Kecamatan Taman, Kota Madiun.

Lalu, pada tahun 1932, Munandar Hadiwijoto memilih mendeklarasikan SH Organisasi di Semarang. Selang tiga dikade setelah SH Organisasi lahir, tepatnya tahun 1966, R Djimat Soewarno juga memisahkan diri dari SH Panti, untuk kemudian mendirikan SH Tunas Muda Winongo yang berpusat di Jl Doho, Kelurahan Winongo, Kecamatan Manguharjo, Kota Madiun. 

“Yang asli berdiri dari tahun 1903 sampai sekarang adalah SH Panti,” kata Koes Soebakir. Tentang latar belakang kenapa ada perpecahan, kata Koes, ”Itu pilihan kepentingan masing-masing pendiri yang tak ada hubungannya dengan SH Panti.” 

SH Terate, Organisasi, dan Tunas Muda memisahkan diri dari SH Panti. Tak ada hubungan organisasi atau keilmuan, kendati pada dasarnya berasal dari fondasi yang sama. “Secara prinsip hubungan kami dengan semua SH baik-baik saja,” Koes memastikan.

Setia Hati Menghantarkan Selamat Lahir-Batin

SETIA HATI. Sudah, itu saja nama asli perguruan asli Madiun ini. Tanpa embel-embel nama lain di belakangnya. Hanya SH.

Setia Hati bisa disebut sebagai organisasi yang lengkap. Mengajarkan bagaimana cara keluar dari permasalahan hidup, dengan menggabungkan kebutuhan jasmani dan rohani. Dua kebutuhan itu lalu dilebur dalam gerak indah untuk pertahanan diri, yang akhirnya diberi nama pencak silat. Pencak silat dalam arti untuk pertahanan lahir batin, bukan untuk gubrak-gabruk adu fisik.

Adalah Ki Ngabehi Surodiwiryo yang punya inisiatif untuk melahirkan ajaran Setia Hati. Di Jl Gajah Mada No 41, Kelurahan Winongo, Kecamatan Manguharjo, Kota Madiun, ajaran ini mulai diperkenalkan oleh pria flamboyan yang akrab disapa Eyang Suro itu pada khalayak pada tahun 1903.

Filosofi dasar ajaran Setia Hati sebenarnya sangat luhur dan manusiawi. ”Setia Hati memiliki makna setia menuruti kehendak hati yang luhur untuk mendekatkan diri pada Tuhan Yang Maha Esa,” papar Koes Soebakir, pengesuh Setia Hati –atau menurut istilah SH disebut pengecer.

SH, kata Koes, memberikan suatu pelajaran untuk mendapatkan keselamatan. Secara teknis, memberikan pelajaran lahiriah berupa pencak silat dan pelajaran batiniah berupa upaya sungguh-sungguh untuk mendalami ajaran ke-Tuhan-an.

Lalu dua hal tersebut dipadukan sehingga melahirkan satu gerak, baik refleks fisik maupun rasa, sehingga bisa memecahkan permasalahan yang dihadapi, menghindarkan diri dari marabahaya, dan dengan begitu seorang warga SH bisa selamat. Dan perpaduan itulah yang disebut sebagai pencak silat, buah dari kolaborasi jasmani dan rohani yang luhur.

Pencak silat SH itu untuk melindungi diri. Untuk mengeluarkan seorang SH dari permasalahan hidupnya. Bukannya untuk mencari masalah dengan main hajar orang lain. ”Kalau saja semua SH berpedoman pada pakem yang diajarkan Ki Ngabehi Surodiwiryo, tidak akan pernah ada insiden. Karena seorang SH sejati pasti akan menghindari perbuatan yang tidak pantas, seperti mencelakai orang lain,” kata Koes.

SH asli, yang saat ini lebih dikenal dengan nama SH Panti, tidak pernah merekrut anggota. Tapi, para pengurus memilih istilah “menghantar” siapa yang berminat untuk masuk ke dalam SH. Mereka pun cukup selektif untuk memilih calon warga.

”Calon warga SH harus memenuhi dua syarat. Pertama, benar-benar punya niat kuat untuk mempelajari SH yang murni. Yang kedua dewasa, dalam artian sudah bisa membedakan mana yang baik dan buruk atau benar dan salah,” kata Koes.

Beda dengan SH lainnya, seperti SH Terate dan Tunas Muda --keduanya turunan dari SH Panti—yang umumnya merekrut calon warga dalam skala massif, di SH Panti sekali masuk maksimal hanya dua orang. ”Menurut perhitungan ajaran SH tidak boleh lebih dari dua orang. Ajaran itu murni dari Ki Ngabehi Surodiwiryo,” terang pengecer ke-7 SH Panti itu.

Inilah yang membuat SH Panti terkesan adem ayem. Pemilihan anggotanya cukup selektif, sehingga pengajaran benar-benar fokus dan mengena. Menurut Koes Soebakir, seorang SH Panti dijamin tidak akan melenceng dari ajaran dan tujuh sumpah yang diucapkan ketika ditahbiskan sebagai seorang SH. ”Kalau melanggar sumpah tidak akan selamat.”

Juga karena alasan itulah SH Panti bukan tipikal SH yang suka menggelar unjuk kekuatan massa. Karena memang bukan itu tujuan SH. Tapi lebih pada pengajaran pada masing-masing individu SH menjadi pribadi yang matang lahir-batin dan selamat dunia-akhirat. Ajaran SH untuk individu, bukan untuk kelompok. Dan ajaran SH hanya diberikan pada warga yang sudah memenuhi syarat dan dikecer, tidak disebarluaskan secara umum.

Sampai sekarang, SH masih eksis dengan nama SH Panti. Pusat kegiatannya di rumah yang pernah ditempati Eyang Suro bersama istrinya, Ny Sariati. Suasana rumah yang kemudian disebut panti itu memang adem ayem, jauh dari kesan ingar-bingar.

Suasana itu seperti pencerminan dari kehidupan Ki Ngabehi Surodiwiryo, seorang pekerja di Perusahaan Jawatan Kereta Api (PJKA) Madiun pada zaman kolonial Belanda, yang menjalani hidup bersahaja dan tenang. Tidak mengangkat dagu kendati dia adalah keturunan darah biru bila ditarik dari garis darah Betoro Katong penguasa Ponorogo zaman dulu.

Dijalankan Tiga Badan

Secara organisasi, SH Panti dijalankan oleh tiga unsur, yaitu Badan Pengesuh atau Pengikat, Badan Pengasuh, dan Badan Pertimbangan.

Disebut Pengesuh, berasal dari  kata dasar esuh, dalam bahasa Jawa berarti pengikat lidi. Pengesuh bisa diartikan sebagai pemersatu yang bertanggung jawab terhadap SH. Yang bisa menjadi seorang pengesuh harus warga tingkat tiga, seperti Koes Soebakir. Dari Badan Pengesuh inilah akan diangkat juru kecer, yang akan mengesahkan seseorang sebagai warga SH.

Sedangkan Badan Pengasuh bertanggung jawab atas rumah tangga SH. Yang mengemban peran ini tidak harus tingkat tiga layaknya Pengesuh. Tugasnya sebagai pelaksana upacara kecer, Suran, atau silaturahim.

Badan Pertimbangan bertugas memberikan pertimbangan, referensi, dan bagaimana keputusan yang akan diambil oleh organisasi. ”Tapi bukan berarti mendominasi badan pengesuh maupun pengasuh,” Koes menjelaskan.

Pecah karena Pilihan 

Pada dasarnya SH memang hanya satu. Tapi, dalam kondisi kekinian, ada empat SH yang eksis, yaitu SH Panti, SH Terate, SH Organisasi, dan SH Tunas Muda. SH Panti, Terate, dan Tunas Muda terpusat di Madiun, sementara SH Organisasi lahir dan besar di Semarang, Jawa Tengah. Mereka pecah karena pilihan sikap masing-masing. Dan hanya SH Panti yang mengaku masih menjalankan pakem ajaran asli Ki Ngabehi Surodiwiryo.

Menurut catatan sejarah Setia Hati, SH Terate didirikan oleh Hardjo Oetomo di Desa Pilangbango, Kecamatan Kartoharjo, Kota Madiun pada tahun 1922. Sampai sekarang, pusat kegiatan SH Terate ada di Jl Merak, Kelurahan Nambangan Kidul, Kecamatan Taman, Kota Madiun.

Lalu, pada tahun 1932, Munandar Hadiwijoto memilih mendeklarasikan SH Organisasi di Semarang. Selang tiga dikade setelah SH Organisasi lahir, tepatnya tahun 1966, R Djimat Soewarno juga memisahkan diri dari SH Panti, untuk kemudian mendirikan SH Tunas Muda Winongo yang berpusat di Jl Doho, Kelurahan Winongo, Kecamatan Manguharjo, Kota Madiun.

“Yang asli berdiri dari tahun 1903 sampai sekarang adalah SH Panti,” kata Koes Soebakir. Tentang latar belakang kenapa ada perpecahan, kata Koes, ”Itu pilihan kepentingan masing-masing pendiri yang tak ada hubungannya dengan SH Panti.”

SH Terate, Organisasi, dan Tunas Muda memisahkan diri dari SH Panti. Tak ada hubungan organisasi atau keilmuan, kendati pada dasarnya berasal dari fondasi yang sama. “Secara prinsip hubungan kami dengan semua SH baik-baik saja,” Koes memastikan.(tofikpram)

Tujuh Pengesuh atau Pengecer Setia Hati
Ki Ngabehi Surodiwiryo (1903-1944)
Koesnandar (1944-1947/Bupati Madin kala itu)
Kolonel Singgih Gubernur Akademi Militer Nasional Magelang (1947-1957)
Hadi Subroto (1957-1977)
Karyadi (1957-1977)
Soemakto (1978-1998)
Koes Soebakir (1998-Sekarang)

KETERANGAN FOTO
SH PANTI: Koes Soebakir (kiri) bersiap memeragakan jurus berpasangan dengan salah satu pengesuh lain.

Senin, 09 Januari 2012

Massa 33

Pada tahun 1981 terjadi suatu peristiwa
Massa 33 dari Surabaya mau menyerang ( ngedrop ) anak sh terate di madiun 
Sebenernya pertiwa ini sudah puluhan tahun yang lalu dan sebagian saksi hidup telah tiada
Peristiwa berawal dari mas Sapto sableng kadhang shterate ribut dengan seseorang .
Dalam keributan / perkelahian tersebut dimenangkan saudara Sapto sableng ...
Ternyata perkelahian ini berbuntut panjang karena seseorang yang telah dihajar oleh saudara Sapto sableng tidak terima ...
Ada beberapa bis berisi massa 33 tidak terima mau menyerang ( ngedrop ) yang telah menyerang dan menganiaya temennya
Disaat suasa gaduh dan keruh sh tunas muda mendompleng dan memusuhi sh terate yang kala itu dipegang oleh ketua dewan pusat RM.IMAM KOESSOEPANGAT. 
begitu banyak massa ( massa 33 dari Surabaya , sh tunas muda dibawah pimpinan mas Soewarno dan sh terate dipimpin mas Agus darsono / DLLJR .
Dari pihak keamanan ( kepolisian , angkatan darat ) menjaga dan mengantisipasi keadaan biar tidak terjadi bentrok / keributan ...
Alhamdulillah keributan tidak terjadi ( massa 33 dipulangkan ke surabaya )
Setahu aparat keamanan pada waktu itu yang mau ribut sh tunas muda dengan sh terate padahal sh tunas muda hanya mendompleng pada suasa yang hampir kacau
Syukur Alhamdulillah keamanan dapat menguasai keadaan
Akhirnya kedua pimpinan dibawa ke pihak keamanan ( KOREM / KODIM ) Sumber hanya ingat jalan pahlawan ( tidak tahu korem / kodim )

didalam pertemuan yang dimediasi oleh pihak keamanan ( sh tunas muda diwakili mas Soewarno dan sh terate diwakili mas Agus darsono )
Pada waktu itu mas Agus darsono mengusulkan , bagaimana kalau diadu aja sampai mati biar pada puas , ternyata usulan ini tidak disambut oleh saudara mas Soewarno yang kala itu belum terlalu tua .
Demikian sekelumit cerita yang terjadi pada tahun 1981 , mudah - mudahan ada hikmah yang bisa kita ambil dari kejadian ini.

Tanpa Seragam Hitam, Tak Punya Ambisi Politis

KOTA MADIUN – Setia Hati (SH) yang asli tidak berseragam hitam-hitam layaknya SH-SH lain yang dikenal khalayak luas. SH juga tidak pernah menggelar kekuatan massa tiap Bulan Suro. Karena itulah, SH yang sekarang dikenal sebagai SH Panti ini terkesan lebih ramah.

”SH sejati tidak pernah punya seragam. Kalau mau ada pertemuan atau acara apapun, pakaian orang SH ya bebas rapi, misalnya mengenakan setelan kemeja batik dan celana kain,” kata Koes Soebakir, Pengesuh SH Panti.

Karena kesan ramah itu pula, kata Koes, setiap kali SH Panti menggelar acara untuk memperingati bulan Suro –yang biasa disebut Suran—di panti, Jl Gajah Mada 41, Kelurahan Winongo, Kecamatan Manguharjo, Kota Madiun, malah banyak warga di luar SH yang ingin datang. Sementara ketika SH yang lain menggelar acara Suran, yang identik dengan konvoi seragam hitam-hitam, masyarakat malah menghindari.

”Kalau SH Panti yang mengadakan acara Suran, polisi malah senang. Karena acara di panti selalu berjalan aman dan tidak melibatkan konvoi massa,” ujar Koes.

SH tidak pernah berambisi untuk merekrut massa dalam jumlah yang banyak. Dan memang, warga SH Panti itu tidak banyak. Pasalnya, sekali rekrut, SH punya kebijakan maksimal hanya menerima dua orang. Perekrutan pun hanya dilakukan maksimal dua kali setahun.

Dibandingkan jumlah massa SH Terate atau SH Tunas Muda, massa SH Panti jelas tak ada apa-apanya. Karena dua SH itu merekrut massa dalam jumlah besar sewaktu-waktu. “Tujuan SH memang bukan untuk menggalang massa,” Koes menegaskan.

SH juga tidak pernah punya ambisi untuk mendongkrak simpatisan atau berekspansi merekrut warga sebanyak-banyaknya. SH tidak punya kepentingan politik praksis. SH akan tetap menjadi SH, yang menghantarkan warganya menuju keselamatan. ”SH hanya ingin selamat dan terhindar dari perbuatan tercela,” pungkas Koes.(tofikpram)

KETERANGAN FOTO
ADEM AYEM: Jajaran pengurus organisasi SH Panti.

SH Asli Tak Pernah Mengajarkan Permusuhan

KOTA MADIUN – Ketika mendengar istilah Setia Hati (SH), ingatan kolektif masyarakat awam di wilayah Madiun, lebih-lebih dari luar Madiun, langsung tertuju pada dua kubu yang selama ini terkesan bermusuhan, yaitu SH Terate dan SH Tunas Muda.

SH pun diidentikkan dengan kelompok massa yang menjadi sumber kekacauan di Madiun dengan kebiasaan tawuran. Penilaian ini membuat SH “asli” yang masih memegang teguh ajaran pendiri SH Ki Ngabehi Surodiwiryo, prihatin.

”SH tidak pernah mengajarkan permusuhan. SH justru mengajarkan bagaimana cara untuk keluar dari permasalahan hidup,” ujar pengasuh Persaudaraan Setia Hati Winongo, Kota Madiun, Koes Soebakir, Selasa (3/1).

Menurut Koes Soebakir, semua SH yang ada di Madiun itu sumbernya satu, ya SH di Jl Gajah Mada No 41 Kota Madiun, yang kemudian dikenal sebagai SH Panti itu. Panti itu merujuk pada rumah di yang dulunya adalah kediaman Ki Ngabehi Surodiwiryo atau Eyang Suro, pendiri ajaran SH. Jadi, bisa dikatakan SH yang asli itu ya SH Panti. Dan warga SH asli digembleng di tempat itu.

Sedangkan SH lainnya, seperti SH Terate, SH Tunas Muda, dan SH Organisasi, itu didirikan oleh mereka-mereka yang awalnya juga mengenyam ilmu SH di panti. Bisa juga disebut sebagai SH turunan. Tapi mereka para pendiri sama-sama berasal dari satu guru yang sama.

”Mereka (pendiri SH Terate, Tunas Muda, dan SH Organisasi, red) memilih memisahkan diri dan mendirikan SH sendiri. Mereka punya kepentingan apa, saya juga tidak tahu. Tapi, tetap saja semuanya bersumber dari satu guru,” tambah Koes Soebakir.

Soal beberapa kerusuhan yang melibatkan beberapa aliran SH pecahan dari panti itu, Koes menegaskan, itu sudah di luar tanggung jawab SH Panti. “Secara organisatoris SH Panti sudah sama sekali terpisah dari SH yang lain. Tapi, pada dasarnya, kami semua punya hubungan baik. Kami tidak pernah bermusuhan. SH memang tidak pernah mengajarkan bermusuhan,” tegas Koes Soebakir.(tofikpram)

Minggu, 01 Januari 2012

solusi terbaik untuk mendamaikan kedua SH yg berseteru( SH terate dan SH tunas muda)

Pertanyaan pada Judul Sy Inbox_an pada sejumlah Sahabat Facebook dr Rumpun SH (ada SH panti,PSH,PSHO,Psh Terate dan Psh Tunas Muda) dan bermacam2 jawaban Sebagai ide atau usul untuk mendamaikan 2 saudara SH yg berseteru. Langsung aja TKP

Hananto.Wibowo

1. SH teratai harus bangga dengan sejarahnya dan perjuangan Pak Hardjo Utomo. Penulisan sejarah dibuat konsisten. Saya yakin sudah banyak anggota SHT yang tahu sejarah ini.
2. SH tunas muda harus mengkaji ulang sejarahnya Pak Warno. Ini paling mungkin dilihat dengan ukuran waktu. Yang dilakukan Mas KSH menurut saya sudah ok, yaitu dengan menunjukkan waktu pendirian SHTM 1965 kemudian ditarik ke belakang tentang kelahiran beliau dan sejarahnya Eyang Soero. Kesulitan disini adalah banyaknya anggota SHTM yang berpegang pada asas 'pokoknya' begitu sejarah SHTM dijadikan bahan diskusi. Banyak yang tidak mau berpikir terbuka dan cenderung menjadikan Pak Warno sebagai penyembahan (sudah pada taraf kultus individu).
3. Mengajak pembesar SHT dan SHTM untuk duduk bersama. Jika sudah menyangkut sejarah perguruan, menurut saya Pak Cuk SH panti juga diajak dalam diskusi. Supaya terlihat resmi, diajak juga Kadin Sospol, Kapolres dan Dandim di Madiun sebagai saksi dan bisa sebagai penengah. Untuk acara ini perlu dibuat agenda tersendiri.
Sebelum maju ke acara resmi (maksudnya diskusi dihadiri pejabat Madiun), pembesar SHTM perlu diajak diskusi awal agar dia bisa menerima jika konklusinya sejarah SHTM tidak seperti versi mereka. Agar berkesan imbang, pembesar SHT dilobby yang sama. Lobby ini perlu supaya tidak mengecewakan pejabat kota Madiun (tidak ada keributan didepan para pejabat). Proses lobbying banyak menyita waktu.
Point 2 bisa diminimalisir jika point 3 bisa berhasil. Usulan diatas bersifat konsep saja, teknisnya banyak yang mesti diberesin. Segitu dulu, mas. Semoga berkenan. Saya usul seperti diatas, karena keributan sepertinya berpangkal pada versi sejarah yang berbeda.

Pejuang Rafah

selama ini tidak ada yang berseteru, kita mulai lah dari hal yang terkecil ke masing2x pribadi untuk menerima hal yang sepakat dan berlapang dada dalam hal perbedaan

Palang Gati 
  • Ms KSH,lo pribadi sy,ke22nya,hrs d ikat oleh hukum negara baik anggota+pimpinan jd da penjeraan d anggota itu ms KSH.
  • Kadang sy jg berfikir sperti itu ms KSH kembali/bersatu k khitoh eyang,sy bangga lo mdiun pnya simbol KOTA SETIA HATI.
  • MOTTO saya ms KSH:"Bumi setia hati kota pendekar membanguN" kira2 mantap ndak ms KSH.
Sukma Terate

bersatu sama damai susah mas ini Fakta
karena kami dari terate sangat beda sama SHTMW dan SH yang lain
insyalaah kalau guyub rukun mungkin

Whit's Chell Al Madiyuni

Utk mendamaikan PSHT dan PSHTMW diperlukan peran dari berbagai pihak trutama para pengurus,pelatih n warga2 senior karna merekalah yg mndidik/ngemong siswa,warga2 baru. N perlunya pematangan materi kerohanian. Yg trjadi sekarang tu materi kerohanian sangat kurang ditambah lg trkadag warga2 senior menurunkan doktrin permusuhan pd adik2 mrka.

Desi Zahra Rudianto
sebetulny damai mas,Cuma daerah madiun aja yg sering bentrok ,Cb d luar madiun damai slalu n kerja sama2.

Jheny Ichone
susah mas. . . . ! !
Kalo mendamaikanya.
Soalny kalo hany lwt fb it percma
 
Ardjho DurdjhonoBibirmu itu bgaikan tempe, skarang tempe bsok jdi kedelai lagi.
Sudahlah ngapain ngurus organisasi lain? Tu2p aja grub dan akunmu.

Bayan Sutijan
tidak ada solusi terbaik selain masing-masing pihak menyadari dan memahami karakter,prinsip dan tujuan dari berdirinya setiap organisasi SH yang ada, biarkan masing-masing organisasi SH bangga dengan ke SH-an yang dimiliki yang terpenting tetap satu SH......salam damai
 
Devit Ashwin 
sangat sulit untuk membersihkan hati yg sudah kotor,.. (iri,dengki,dendam,dll)

maaf sya ga pnya solusi trbaik,...

Andik Bonenk
TIDAK ADA MAS KARENA DARI SH TERATE SELALU MEMBIKIN ULAH DAN SELALU MEPROPOKASI.... JUJUR AJA KITA DENGAN PSH, PO, DAN SHO SALING SINAMATAN DAN BAIK...BAHKAN KAMI SERING DIUNDANG DALAM ACARA ACARA DI ORGANISASI TERSEBUT..SILAHKAN KROS CEK AJA SAMA KETUA PB PSH....PSC CILACAP, PO LUMAJANG DAN KPS NUSANTARA...
 
Sakerah Madiun
Maaf injih Mas Komunitas Setia Hati. Kan sampun di damaikan sampai-sampai aparat kemanan, Kota Madya Madiun turun tangan, untuk mendamaikannya. Ketua kedua perguruan pencak silat dimadiun juga membuat surat pernyataan injih sampun, uda beberapa kali, membuat surat perjanjian perdamaian. Menurut Sampean Mas Komunitas Setia Hati, solosinya pripon injih.
Wassalam,(di takoni ganti takon piye ta mas)

Nisa Madiun
agak sulit jg mas soalny yg damai dan yg perang bnyk yg mengbrkan bendera perang

Tedjo Arum
Allohuallam.....
Kiri Doho Kanan Diwiryan
Sebenarx sie udah damai kang cmn oknum2x sj yg msh pd kerah sendiri2

Unheart Cool
awali ketegasan dr admin, anda selectif plih yg senior, mengerti dngan intruksi yg dtetapkan group. stiap posting/komenmaaf signal kurang bagus sy di puncak bandung. besuk siang sj

Pramono Cah Stk Pusat
BISA TP SULIT SEKALI hanya orang orang yg di lapangan yg mungkin mengerti solusinya ..KALAU CUMA ORANG YG ADA DI FACE BOOK ATAU DUDUK DI KANTORAN TDK MENGERTI DUDUK PERSOALANNYA CUMA DENGER ITU DENGAR INI GAK AKAN BERHASIL...tp orang orang lapangan pasti fanatik juga pd organisasinya masing masing
 
PutraRagil Mencari JatiDiri
kalau solusi saya pribadi mas
tinggal individu kita pribadi sendiri klu kita mau mengerti meyadari kekuranggan dan kelebihan pencak yg didalami insa alloh tidak akan ada perdebatan

Tanamkan cinta damai dihati
 
Hendrik GAndunk's
MenuruT saya ITu HaL yang Tidak Mudah,dalam Organisasi Psht Maupun Dalam Organisasi PSHTMw..
Mereka Punya Watak Dan KarakTEr Tidak Zama..
Yg Ada Hanya BerSifat, Saling MembAgakan OrganisasiNYa Lah Yg TerbAik yg Lain Tidak...
BiLa Ke Duanya MasiH punya Sifat ITu Tak Akan Mungkin Bz Terjadi...
Di Adakan Temu Kadang PSHTMW dan PSHT berSerta Pemimpin Ataupun WakiL pemimpin yg Di sanjung2,ATAu Yg Sudah Di PercAya Ke Dua Organisasi TerSebuT...
UnTuk Mas KoMunitas Setia Hati Sendiri..?
MOngGO...Ba6aiMAna..?siLAKan Di WeDar...mas..

Ari Cupliz'Doank
forum ,,,
 
Jhueartypoetrieashter Ccumbhanx Lampoeng
Sulit , tp brdasarkan pesilat yg da disini , saling menghargai kepentingan satu sama lain...
Tapi kaya nya sulit tuk di damaikan...
Menyatukan yg gk mungkin di satukan..
Pusat psht pindh di cabang liwa lampung barat aja...Hehe
 
Zaini Ae
sebagai pengurus / pelatih sh terate maupun sh tunas muda
Jangan engkau tanamkan permusuhan diantara sht ~ sh-tmw ...
Sebagaimana pengurus dimana memegang suatu kendalikan arahkan & tanamkan budi luhur , cinta damai ...
 
Gempur Kulon Kali
Kedua SH tsb lahir dan berkembang dg sejumlah peritiwa politik yg menggelora serta tdk berlangsung biasa. Selain itu ada deretan panjang sejarah timbulnya konflik kedua SH.
Misalnya :
Mengapa Bpk Suro Apuk tokoh idola RDH Soewarno bahkan bisa disebut gurunya bisa meninggal kena serkel lambungnya ketika sambung dengan Bpk Pamoedji (ayah Prof Dr Sri Edi Swasono dan Dr Sri Bintang Pamungkas) ?
Dan masih banyak lagi hal-hal seperti itu. (dan bukan makom kita membukanya)
Oleh karena itu, mari semua itu kita maklumi dan mari kita terima realita yang ada dengan legowo/jiwa besar atas dasar keyakinan bahwa "dinamika kehidupan ini sudah merupakan kersane Gusti", maka sejarah berdirinya semua aliran SH tidak perlu dipolemikkan lagi, selesai. Itu yg bisa saya sampaikan Mas, terima kasih telah berkunjung di inbox saya.

Fathulanzhie Setia Hati
Ada 2 cara pak de,,,
yg pertama yaitu meluruskan sejarah,
2. Tdk bisa damai secara formal, karna beda aliran,,,

Mbah Joyo Gendhero
saling menghargai aja satu sama yg lain...dan gak usah membahas sejarah di dumay...
Dan kl bisa di grup untuk silaturahmi antar kadhang sh...
Dan sebetulnya semua tau kl sh tidak mengajarkan untuk saling membenci.
Minta maaf jika ada kata2 yg kurang berkenan di hati anda dan
Salam persaudaraan
 
D'guh Bedjientha DhaMai
Mengadakan kesepakan M.0.U prdamaian
ea itu mnrut sya tp klo kurang efektif y maaph
 
Bocah Gemblung
menurut saya sh tunas muda mau mengakui jati diri sesungguhnya baru bisa damai kalo tidak sampai kapanpun kedua sh itu akan terus berseteru
 
Nanang Blue-Orens
jangan selalu memberi info yg menunjukkan kalau keduanya berbeda,tp beri info tentang persamaan,buktikan ada perdamaian,,kita satu dalam persaudaraan,,memang susah tp kalau tdk d awali dr pribadi kita mau sampai kapan bgni trus???

Masnun Anggara
d'lakukan pertemuan semua rumpun SH (PSH,PSHT,PSHTMW,SH PANTI)& d'rpatkan kalau ada slah stu oknum mlai rcuh hrs d'bubar

Mbah Hartosuwiryo
Saya yakin orang2 SH adalah orang2 yg taat dan patuh pada kadang sepuh (pimpinan)

silatrahmi para pimpinan mungkin salah satu caranya.. Dan sering duduk bersama dalam suatu forum..

Poetra Put Cipuutt
Itu tergantung individu masing2 mz ada yg mao menerima kenyataan ada juga yg tidak,.
Semua ajaran SH itu sejati nya baik mz,.
Belajar pencak silat tanpa di dasari kerohanian akan membuat orang tersebut brangasan,..merasa paling hebat sendiri.
Kalau saya sih di buat santai aja jika ada. Postingan yang ingin menajatuhkan salah satu organisasi mz,..

Ki Sekar Gading
Usul ke IPSI.untuk mencristalkan rumpun sh.

Gepenk Doank
valid..!
masih bnyk akar rumput yang saling bersilangan.
Semua kembali pada hati masing2.
1,2,40,100,1000 mungkin bleh d damaikan tp rbuan lg yg masih melakar di mana2 dan sling profokasi.
Semua tergantng hati nurani masing2.YA /TIDAK!?
Rian Pesilat Dari Utara
tidak akan bisa mas.karena ini masalah orang banyak...
orang itu beda2 mas. saya yakin ada oknum PSHT dan PSHTMW yg malah menikmati perseteruan ini. senengnya klo ada rame2.
menurut saya yg penting ya diri kita sendiri mas. sebisanya kita mengajak damai bagi yg mau. bagi yg fanatik ya gmn lg......

Ada Dan Tiada
Ada 2 mas !
1.Pengurus ke 2 organisasi membuat aturan bahwa sesama aliran SH adlah saudara dan dilarang keras brkelahi kecuali dlm ajang prestasi(brtanding).
2.Pengurus ke 2 organisasi mmbuat aturan bhwa warga SH tidak boleh mencampuri AD/ART organisasi SH lainya trmasuk urusan sejarah krn tiap organisasi punya dasar masing2 !
 
Arie Passeh
ehheheh simbah mamper...." yg terbaik ya.. merubah semua doktrin prtikaian mengatasnamakan kekerasan.. bahkan menganggap musuh. dan untuk anda sendir ya mbah ..." mbokya selalu kasih pencerahan yg baik bukan selalu menjatuhkan salah satu.

Primadona Terate
wang sinawang.

Mbah So Dimedjo
cm 1 saja mas,saling terbuka & saling mengerti.