Eyang Suro

Eyang Suro
Muhamad Masdan lahir pada 1869 di daerah Gresik (Jawa Timur). Kelak kemudian putra tertua Ki Ngabehi Soeromihardjo ini dikenal dengan dengan nama Ki Ageng Hadji Ngabehi Soerodiwirdjo (Eyang Suro).

Rabu, 14 Desember 2011

CERITA PSHT 2

setelah  selesai menggerakan jurus & kripen saya melirik  jam di arloji saya,waktu menunjukan  pukul 00.00 WIB lalu semua siswa yg ada di ranting kwadungan saya perintahkan untuk makan bekal mereka yg di bawa dr rumah,sesudah makan saya menyuruh mereka kembali berkumpul lg sambil duduk bersila,&  seperti latihan di ranting sebelumnya saya sedikit memberikan ke SH an untuk mereka.
“siapa yg ingin bertanya?”kata saya mengawali,mereka saling memandang,ekspresi muka bingung jelas sekali terlihat di wajah mereka,sesaat kemudian seorang siswa privat Bpk Purwanto seorang kepala desa berumur sekitar 50thun menjawab,”biasanya kan pelatih dulu mas yg memberi wejangan”,sambil tersenyum simpul saya menjawab”kalau pelatih trs yg mengawali pasti yg pintar hanya pelatihnya,sekarang saya ubah,dimulai dr bertanya”jawab saya.mereka bingung apa yg harus ditanyakan,”hayo siapa”kata saya,mereka masih bingung,lalu muncullah satu orang siswa dgn tangan yg mengacung keatas,sepontan semua mata tertuju pdnya,beliau adlh mbah Yit,seorang blantik/pedagang sapi yg sudah berumur sekitar 65tahun.”nha,,,iya mbah yit,mau tanya apa?”tanya saya,”mas,apakah bisa seorang yg sudah tua seperti saya ini memperdalam ilmu SH,sementara tubuh saya sudah rapuh karena usia,untuk menggerakan materi PSHT terasa kaku di sekujur badan.”tanyanya,”tentu saja bisa mbah.”jawab saya tenang,”belajar SH bkn hanya terpaku pd jurus yg ampuh saja,tp kerhokhanian jg sgt diperlukan,buat apa kita jago silat kalau hati kita dipenuhi rasa benci,iri,sombong & dll.”tambah saya.”jadi walaupun saya kurang lancar dlm materi saya masih bisa memperdalam ilmu SH?”tanya mbah yit dgn kepala sedikit mendongak ke atas karena beliau ada di belakang,”tentu saja bisa mbah,bukankah sesepuh SH sudah mengatakan bahwa puncak dr pencak silat sejatinya bukan kanuragan,melainkan mengarah pd kerokhanian.”jelas saya,”kalau seperti trimakasih mas,saya sudah mendapat jawaban yg membuat saya tenang.”ucap Mbah Yit,”sama2 mbah,ada yg mau bertanya lg?”kata saya melanjutkan.
Lalu ibu Ningrum,seorang guru sukuan SD berumur sekitar 30tahun mengacungkan tangannya,”iya bu,silahkan”kata saya sambil menyulut sebatang rokok,krn acara dibuat santai agar tdk tegang tp penuh ketenangan,”apakah kami belajar SH di PSHT ini sudah tepat mas?sementara banyak SH lain di luar sana yg mengaku lebih baik & asli dr eyank Suro.”tanyanya,kemudian saya tersenyum & menjawab dgn tembang dandanggula,


“ Lamun sira anggeguru kaki ”
“ Amiliha manungsa kang nyata ”
“ Ingkang becik martabate ”
“ Sarta kang wruh ing hukum ”
“ Kang ngibadah lan kang wirangi ”
“ Sokur oleh wong tapa ”
“ Ingkang wus amungkul ”
“ Tan mikir pawewehing lyan ”
“ Iku pantes sira guranana kaki ”
“ Sartane kawruh ana ”
“jadi nilailah sendiri PSHT dgn hati jenengan,saya tdk akan berkata tepat atau tdk,krna yg merasakan adalah panjenengan sendiri,seperti yg baru saja saya tembangkan,pilihlah seorang manusia atau dalam hal ini perguruan yg benar2 baik,bagus derajatnya dimata masyarakat,serta tahu & taat akan hukum yg berlaku di dunia ini,jd silahkan di nilai,apakah jenengan sudah belajar SH di tempat yg benar atau belum.”jawab saya menerangkan,beliau mengangguk sambil tersenyum setelah mendapat jawaban dr saya.”ada lg?”tanya saya,”saya mas.”mata saya tertuju pd suara yg saya kenal,ternyata tdk salah,si Rizda,siswa saya yg paling cerewet dlm bertanya,”iya,apa riz?”tanya saya,”mas apa SH lain jg bisa mempelajari ilmu SH tanpa latihan,SH Tunas Muda contohnya,habis dikecer mereka tdk prnah ada yg latihan,tp kalau Suran Agung mereka ikut ngumpul,enak banget mereka tanpa latihan dah jd pendekar.”kata Rizda,”apakah kalau mereka latihan harus lapor dulu ke kamu riz?”tanya saya,”ya nggak jg sih mas,tp enak banget habis di kecer mereka bebas,mau latihan boleh,nggak jg boleh.”jawabnya,”dulu waktu eyank Suro masih hidup jika ingin menjadi saudara SH harus di kecer dl sebelum mempelajari ilmu-ilmunya,tradisi inilah yg di pertahankan Persaudaraan Setia Hati Tunas Muda dalam penerimaan saudara baru,PSH/SHO pun jg seperti itu.”jawab saya,”lalu kenapa PSHT caranya berbeda dgn SH lain mas”tanya rizda di barengi dgn suara riuh penasaran dr yg lain,”karena Ki Hardjo tdk ingin menyalahi janjinya pd sang guru yaitu Ki Ngabehi Suro Diwiryo.”jawab saya,suara riuh itu berhenti menjadi suasana tenang & penuh antusias,”maka Ki Hardjo mengubah tujuan kecer yg mulanya untuk penerimaan saudara baru diubah menjadi wisuda karena telah lulus menjadi tingkat 1,tapi ubo rampe & tatacara kecer PSHT tetap sama dgn SH eyank Suro.”jelas saya.
“kenapa banyak yg mengatakan PSHT adl SH palsu krn jurusnya yg beda mas?”tanyanya,suasana terdengar kembali riuh karena pertanyaan rizda,”ya sama,karena Ki Hardjo terikat sumpah Setia Hati maka beliau memodifikasi semua jurus yg di dapat dr eyank Suro,ilmu SH jg bkn terpaku pd jurus semata riz,yg terpenting dlm belajar ilmu SH itu adl kerokhanian yg merupakan titik akhir dr Ilmu SH & PSHT tetap mempertahankan itu.”jelas saya pada rizda,suasana tenang kembali setelah saya menjawab pertanyaan rizda,”mas kenapa di PSHT harus latihan dl,apa alasan Ki Hardjo mengubah fungsi kecer selain tdk mau menyalahi sumpah pd eyank Suro mas?”tanya rizda penasaran,lalu saya menjawabnya dgn tembang pucung,


“ Ngelmu iku kalakone kanthi laku “
“ Lekase lawankas “
“ Tegese kas nyantosani “
“ Setya budya pangekese dur angkara “
“ilmu itu akan kita dapat dgn laku/cara/berlatih,kita mau belajar silat,tp tanpa berlatih dgn rajin & teratur apakah kita bisa silat?padahal silat adlah landasan & media Persaudaraan di PSHT,jd kalau mau jd saudara PSHT ya harus berlatih dl supaya jd pesilat yg tangguh,sedikit demi sedikit dgn berlatih pasti akan menemukan inti dr apa yg akan kita cari,”jelas saya,”kalau kita sudah dpt ilmunya pasti ilmu itu bs membuat tenang,ilmu itu jg harus diamalkan pd masyarakat,gunakan ilmu itu untuk mebela yg benar & menghancurkan yg salah.”tambah saya,serentak mereka semua mengangguk-angguk tanda mengerti,”ada yg ingin bertanya lagi?”tanya saya,semua saling pandang & menjawab”tidak mas.”walaupun tidak serentak,”baiklah kalau memang tdk ada,silahkan istirahat dl.”perintah saya pd semua siswa,semua membubarkan diri dgn tenang untuk beristirahat.
Sambil ngrokok saya berpikir,betapa pengetahuan harus diperlukan dlm melatih,tanpa pengetahuan lebih mustahil seorang pelatih bisa melatih dgn baik,sungguh saya benar2 merasa masih kurang dlm pengetahuan SH.

Bersambung..............

4 komentar:

  1. Seorang siswa atau warga akan mengaplikasikan keSHannya di dalam kehidupannya sehari-hari sesuai denga apa yang diajarkan dan dicontohkan oleh sang pelatih, baik itu ucapan, tingkah laku selama dlam latihan maupun diluar latihan. Bertolak dari hal tersebut maka diperlukan seorang pelatih yang betul-betul mumpuni atau berkwalitas, yang lebih diutamakan berkwalitas dalam hal rohani atau mentalnya.

    BalasHapus
  2. Seorang pelatih harus berakhlaqul karimah. Seorang pelatih merupakan cermin dan suri tauladan bagi para siswanya. Perkataan yang santun, perangai yang lemah lembut, tidak congkak atau sombong, tidak memberikan hukuman dengan cara kekerasan di saat proses latihan akan berdampak positif bagi perkembangan mental siswa dan kelak akan melahirkan warga yang betul-betul berjiwa SH. (Sun siswa PSHT Trenggalek 2011)

    BalasHapus
  3. saya sebelumnya ikut karate, mau ikut PSHT kata teman saya diklat PSHT aneh2 apakah itu bnar?

    mhon jawabanya trimakasih

    BalasHapus
  4. Gak juga,, tapi lbh pasnya latihan di psht itu penuh arti.

    BalasHapus